Selasa 20 November 2007
16.30 WIB
Aku baru sampai di rumah, saat kulihat adik kecilku yang februari 2008 nanti berumur 3 tahun, sedang menemani kakak iparnya dan keponakannya yang masih di dalam perut. Ku lakukan rutinitas seperti biasa, buka sepatu, buka jaket, minum dan ganti baju. Saat aku mulai merebahkan tubuh di ruang tamu yang menjadi kamar tidurku, istriku datang membawakan kopi sambil memegang perutnya. Dia bilang kalau perutnya mengeras pada beberapa saat dan rutin, tapi belum terasa sakit katanya. Ya sudah aku kemudian menyeruput kopi dan mengantarkan adik kecilku pulang ke rumah ibu ku.
18.00 WIB
Seusai shalat maghrib istriku bilang, bahwa kontraksi di perutnya sudah semakin sering, tapi masih belum terasa sakit. Lalu kami berdua menuju ke rumah ibu yang tidak jauh dari kontrakan imutku. Sampai di sana istriku mengadu kepada mertuanya, dia bilang perutnya sudah terasa kontraksi, sudah 30 menit sekali. Lalu ibuku bilang bahwa memang sebentar lagi bayi yang ada dalam kandungan istriku akan segera lahir, dan dia menyarankan jangan buru-buru ke rumah sakit. Tunggu hingga frekuensi dan jarak antar kontraksi semakin dekat.
20.00 WIB
Aku teringat bahwa mertuaku yang tinggal di kontrakan bersamaku belum makan malam, lalu aku mengajak istriku untuk jalan kaki membeli bubur ayam di tempat yang jaraknya 1 km dari rumahku. Pulang pergi jadi 2 km. Sesampainya di rumah, dan menghidangkan bubur kepada mertuaku, istriku semakin merasakan kontraksinya dan sudah di iringin dengan sakit. Sudah 15 menit sekali katanya.
22.30 WIB
Aku belum bisa terlelap walau kantuk sudah menyerang bertubi-tubi. Suara dan cengkraman istriku yang sedang kesakitan tetap membuatku terjaga. Sudah 5 menit sekali katanya. Aku masih bertahan untuk tidak berangkat ke tempat bersalin.
Rabu, 21 November 2007
01.30 WIB
Akhirnya aku memutuskan untuk membawa istriku ke rumah sakit umun daerah Budi Asih yang jaraknya lumayan terjangkau. Mengendarai motor trailku dengan sangat perlahan dan hati-hati akhirnya aku sampai di Unit Gawat Darurat RSUD tersebut, istriku duduk di sebuiah tempat tidur dan langsung di periksa tensi darahnya, dan aku menuju meja pendaftaran. Ternyata kamar perawatan kelahiran di rumah sakit itu sudah penuh semua, mulai dari kelas 3 sampai kelas VVIP. Tak ada ruang lagi. Kami disarankan menuju RSCM yang jaraknya lumayan jauh. Aku memutuskan untuk tidak kesana, dan langsung pulang. Menunggu pagi nampaknya lebih baik bagi ku.
02.15 WIB
Istriku semakin menggelinjang menahan kontraksi. Aku tidak tega, kucoba hubungi RSCM via Telp, sekedar memastikan bahwa ada kamar untuk istriku jika kami memutuskan jalan kesana. Namun tak bisa kuhubungi. Ibu ku bangun dan menyuruhku segara membawa istrku ke Rumah bersalin terdekat, yaitu tempat aku dilahirkan dulu.
02.30 WIB
Aku dan istriku tiba di rumah bersalin Bahagia, tapi aku lupa membawa buku periksa istrku. Aku tinggal istriku bersama perawat, untuk mengambil buku tersebut. Setelah aku kembali tiba di rumah bersalin itu, aku sudah tidak melihat istrku di ruangan lobby. Aku semakin was-was. Aku menduga-duga, istriku sudah tidak kuat dan sudah masuk ruang bersalin. Ku cari ruang bersalin, lalu ku lihat ke dalam, dan benar istriku ada di dalam, sedang mengejan dan menggelinjang menahan sakit kontraksi. Aku khawatir.
Tak lama ibuku dating bersama adik laki-lakiku. Ibuku langsung menemani istriku di ruang bersalin. Aku menunggu bersama adikku dan seorang bapak yang istrinya juga di dalam ruang bersalin, istri bapak itu berada di tempat tidur tengah, dan istrku berada di tempat tidur pojok.
03.15 WIB
Terdengar suara istriku berteriak, ku minta tolong ibuku segera masuk dan menemani istrku. Tapi ketika melangkah masuk, ibu kembali keluar. Dia bilang yang akan melahirkan bukan istriku, tapi istri bapak yang juga sedang menunggu istrinya melahirkan. Karena yang sedang di tangani yang berada di tempat tidur tengah. Tapi hatiku terus berontak, yang ku dengar itu suara istriku sedang mengejan mengeluarkan anak dari rahimnya. Berkali-kali aku bilang ibuku, bahwa itu suara istriku, tapi ibuku selalu menyangkal, dia bilang istriku sedang tidur.
03.35 WIB
Suara bayi menangis dan kemudian di bawa ke sebuah ruang kaca, seorang bayi laki-laki dengan berat 2.7kg dan panjang 48cm. Lucu sekali bayi itu di balik kepercayaan terhadap omongan ibuku aku merasa itu anakku. Tapi tetap aku mengucapkan selamat kepada bapak yang ada dekatku. Kemudian bapak itu mengucap syukur dan mengirim pesan singkat berita gembira kepada kerabatnya. Tak lama sesudah bayi itu di bersihkan, ibuku bilang pada bapak itu untuk meng Adzani anaknya, kemudian bapak itu masuk ke ruangan kaca dengan niat mengadzani bayi laki-laki itu. Tapi kemudian dilarang suster seraya berkata, “ini bukan anak bapak, ini anaknya bapak Rizki, yang itu tuh.” Bapak itu bingung dan aku bingung sesaat dan kemudian berubah menjadi bahagia, ibuku segera masuk kedalam ruang bersalin, dan melihat hingga ke tempat tidur, dan ternyata benar firasatku, istriku yang tadi berteriak. Lalu aku ke ruang bayi, dan mengadzani dan iqomah bayiku. Aku cium tangan ibuku. Aku peluk istriku.
Aku meneteskan air mata haru.
03.50 WIB
“Selamatnya saya kembaliin nih. Selamat yah pak.” Bapak yang tadi keberikan ucapan selamat menyalamiku.
Muhammad Ksatria Ichsan Pradana, demikian aku menamai anak laki-laki pertama ku.
Muhammad aku artikan sebagai orang terpilih, Ksatria ku artikan sebagai pejuang, Ichsan berati kebaikan, dan Pradana adalah Namaku yang juga berarti pemimpin.
Sang Ksatria Ichsan Telah Lahir
“Orang pilihan yang memperjuangkan kebajikan”
Rizki Pradana
4 Desember 2007
Cari!!!
Tuesday, December 04, 2007
Kelahiran Sang Ksatria
Posted by Ksatria Petir at 11:11 AM 1 comments
Labels: diary
Tuesday, November 06, 2007
menunggu kehadiran Sang Ksatria
Tak terasa sudah sembilan bulan istriku mengandung ksatria pertamaku, Ksatria Yang akan membela kebaikan. Ksatria Ichsan, yang sering bermanuver indah dalam rahim istriku, berlatih silat rupanya, sebagai persiapan menghadapi kejamnya dunia dan kegelapan yang hampir menguasai dunia. Bersiap untuk melanjutkan perjuangan ayahnya yang belum selesai. Ksatria dalam rahim istriku telah berjuang hebat dalam kamarnya yang sempit agar tidak memuat ibundanya kesakitan ketika harus dipotong perutnya sebagai pintu dia keluar, dia tidak ingin ibundanya terlalu menderita mengandungnya, padahal dia juga tahu ibunya berbahagia mengandung dia. Ksatriaku yang akan segera menemaniku berlatih dan mengasah ilmunya untuk menjadi penerusku....
Aku tunggu kekuatan hebatmu Ksatria Ichsan.......
Posted by Ksatria Petir at 7:47 AM 0 comments
Labels: diary
Monday, August 20, 2007
Ampun......................
Tertatih aku menapaki jalanMu
Walau terluka, aku bertekad
Tetap hingga ujungnya
Saat jatuh, tanganMu ada untukku
ku lupa, kau tak lupa
HambaMu yang nista, hina
Allah,
Ampuni aku
Setiap langkahku
Allah,
Ampuni aku
Setiap nafasku
Allah,
Ampuni aku
Setiap pandanganku
Allah,
Ampuni aku
Setiap ucapku
20 agustus 2007
Posted by Ksatria Petir at 10:19 AM 1 comments
Pelan,
Daun itu jatuh menikmati angin
Berhembus lembut
Menghibur yang tertiup
Lepaskan penat
Bawa jiwa
Terbang bebas
Menembus batas
Lalu daun itu jatuh menikmati angin,
Pelan..
19 agustus 2007
Posted by Ksatria Petir at 10:17 AM 0 comments
Labels: Puisi
Apakah aku harus marah,
Untuk ungkapkan semua serampah?
Saat semua tak mampu melihatku,
Yang terkurung jasad.
Hanya jasad mampu dilihat,
Bukan hakikat.
Haruskah aku bersedih,
Jika kembali tenggelam,
Dalam jasad?
Terjebak tak berdaya, diperdaya nafsu
Jasad yang merusak jiwa
Terkubur di dalamnya.
19 agustus 2007
Posted by Ksatria Petir at 10:15 AM 0 comments
Labels: Puisi
Akan aku lepaskan jasad
Akan aku bebaskan jiwa
Namun aku bukanlah aku
Aku adalah harmoni
Jiwaku menyatu
Dengan cahaya
Dengan gelap
Aku cahaya dalam gelap
Aku bayangan dalam terang
16 agustus 2007
Posted by Ksatria Petir at 10:13 AM 0 comments
Labels: Puisi
Saat aku harus kalahkan amarah
Saat aku harus batasi kesenangan
Saat aku melebur dalam keduanya.
Aku tiupkan hakikat
Dalam keseimbanganku
Dalam harmoni
Sendiri di atas gelap dan terang
Kendalikan keduanya
Dalam keseimbangan
Kuasai, bukan dikuasai
Renangi, bukan tenggelam
Melayang, bukan terhempas
Aku adalah harmoni
16 agustus 2007
Posted by Ksatria Petir at 10:11 AM 0 comments
Labels: Puisi
Thursday, August 09, 2007
TeaterRekonstruksi (Tragedi Batavia 1628-1629)
Ini adalah salah satu kisah dari Kerajaan Mataram. Saat hampir semua wilayah di Jawa berada dalam kekuasaan Mataram dengan Sultan Agung sebagai rajanya, bagaikan duri dalam daging, Batavia menjadi ganjalan Mataram untuk menaklukkan Banten, karena Batavia tidak bersedia berkoalisi dengan Mataram untuk menaklukkan Banten.
Saat Sultan Agung disibukkan dengan urusan
Di Batavia pun Gubernur Jendral Jan Pieterzoon Coen dihadapkan dengan masalah yang menyangkut harga dirinya. Sara (Saartje) Specx yang dititipkan kepada Coen oleh Ayahnya, Jacques Specx yang sedang melakukan perjalan ke Patria, melakukan tindakan yang melanggar peraturan moral yang baru saja diterapkan di Batavia. Saartje Specx tertangkap basah sedang berduaan dengan Pieter Van Koertenhoef, seorang Perwira Muda VOC. Saartje dan Pieter kemudian di sidang di hadapan Dewan Hakim dan Dewan Gereja. Di persidangan, Pieter dijatuhi hukuman penggal, dan Saartje dijatuhi hukuman cambuk seratus kali, yang eksekusinya berlangsung satu tahun kemudian.
Setelah kegagalan pada serangan pertama di tahun 1628, Mataram berusaha melakukan serangan kedua pada tahun berikutnya, 1629. Penyerangan kali ini dipersiapkan lebih matang. Dikirimlah Tumenggung Singaranu, Pangeran Purbaya, Adipati Puger, Adipati Jumenah dan Tumenggung Madiun, Walau dipersiapkan lebih matang, serangan kali ini juga gagal, padahal Batavia saat itu sedang terkena Wabah disentri yang pada tanggal 21 September 1629 merenggut nyawa Sang Gubernur Jendral Jan Pieterzoon Coen. Saat pasukan Mataram pimpinan Tumenggung Singaranu kalah dan terpukul mundur, rupanya Adipati Ukur memanfaatkannya untuk kabur dan meninggalkan medan perang bersama anak buahnya menuju Banten, walau akhirnya tertangkap dan di eksekusi oleh Sultan Agung.
Tiga hari sebelum meninggal dunia, Jan Pieterzoon Coen sempat menyaksikan eksekusi pemenggalan Pieter Van Koertenhoef dan Saartje Specx. Beberapa hari setelah meninggalnya Jan Pieterzoon Coen, ayah Saartje Specx, Jacques Specx, pulang dan menggantikan posisi Jan Pieterzoon Coen dengan lebih disiplin. Hingga dapat memukul mundur pasukan Mataram pimpinan Tumenggung Singaranu yang sudah terpecah belah.
Rizki Pradana
25 Juli 2007
00.36
Posted by Ksatria Petir at 10:33 AM 3 comments
Pilkada Bentar Lagi Nih...!
Hore!!! Bentar lagi pemilihan Gubernur Jakarta. Kita dah punya 2 calon gubernur, Bang Adang sama Bang Foke (Fauzi Bowo). Pertama kali nih rakyat Betawi di suruh milih gubernurnya sendiri. Dulu-dulu
Bang Adang Darajatun ama Bang Dani Anwar, calon gubernur kita nomor Satu, calon yang di ajuin ama Partai Keadilan Sejahtera, partai yang pemilu legislative kemaren menang di Ibukota ini. Partai Islam yang pendukungnya kebanyakan kaum kuliahan alias mahasiswa atau bekas mahasiswa ini emang cukup punya taji di
Udah tuh ya. Tadi dah ngebahas Bang Adang ama Partainya, PKS, sekarang saya mo ngebahas calon nomor dua kita, Bang Foke ama partainya yang bejibun tuh. Dari yang banyak itu malahan beberapa ada partai gede, ada Partai Golkar, ada Partai Demokrat, ada PAN, ada PDIP ada PPP dan masih banyak lagi partai kecil, oh iya ada Partai Damai Sejahtera pimpinan Pdt. Ruyandi Hutasoit tuh. Bang Fauzi atau Bang Foke, dari awal masa jabatan Bang Yos, ampe sekarang masih ngejabat jadi Wakil Gubernur, jadi banyak orang nganggep dia punya pengalaman dan pantes buat nerusin amanatnya Bang Yos, tapi apa bener begitu, cuman hati kita yang bisa jawab. Trus kita musti pikirin juga kenapa Bang Fauzi yang katanya dah pengalaman itu musti didukung ame segitu banyak partai, lah tumben pada akur tuh partai? Kita pikirin deh, nih misalnya Bang Fauzi menang, trus jadi gubernur, berape banyak kepentingan yang ada. Partainya aja banyak, pasti pada bawa kepentingan masing-masing, ada yang pengen selamet, ada yang pengen usahanya lancer, ada yang pengen jabatannya lanjut wah hitung aja sendiri deh ada brapa banyak kepentingan yang bakalan di tagih kalo bang Fauzi menang, politik kan katanya cuman masalah kepentingan sejati, kagak ade temen sejati atau musuh sejati, yang ada Cuma kepentingan sejati. Nah masalahnya kepentingan siapa? Kalo kepentingan rakyat sih kagak apa-apa deh, nah kalo cuman kepentingan pejabat ama pengusaha, bisa runyam deh ni
Ya sedikit banget yak? Emang yang saya tahu cuman segitu, ditambah lagi
8 Juni 2007 - 02.53 WIB
My Lovely Disordered Room
Rizki Pradana
Mahasiswa Seni Tari Universitas Negeri
Sekretaris AMPG Kecamatan Makasar,
Posted by Ksatria Petir at 10:27 AM 0 comments
Wednesday, May 02, 2007
Manusia
Semua orang pasti tahu tentang isi cerita ini
Tentang
Manusia yang selalu berbuat salah
Aku
Manusia juga yang selalu di caci atas kewajaran itu
Semua
Berharap aku akan berikan
Kesempurnaan
Posted by Ksatria Petir at 2:14 PM 2 comments
Abah Telah Pergi....
Aku rindu ceritanya akan masa perjuangan kemerdekaan.
Aku rindu ceritanya tentang kejadian masa lalu.
Aku rindu kebijaksanaannya
Aku rindu kesabarannya
Aku rindu Abah.....
Ceritanya saat menjelang tidur
tak pernah mengeluh akan perihnya hidup
tak pernah mengeluh akan dadanya.
Aku rindu Abah...
Abah telah pergi, dan aku tak sempat mencium tangannya seperti dulu sebelum dia pergi
aku tak sempat mengantarnya ke peristirahatan terakhir....
Aku ingin mencium tangannya.
tapi dia telah pergi....
dan anakku takkan pernah mengenal kakek buyutnya yang bijaksana dan kuat.
Muhammad Suha in memoriam
'The Fighter of the Family'
30 April 2007
Posted by Ksatria Petir at 10:11 AM 0 comments
Labels: diary
Monday, April 30, 2007
Mati deh gue....... :(
Ya Allah.....
Hari ini gue gak mood bgt buat kerja...
masuk kerja udah enak gak ada kerjaan yang berarti, tapi pas dah lewat makan siang, dipanggil rapat, dan dapet kerjaan....
huuuuhhhhhhggggggghhhhh....
Bete........
"Aku telah terhanyut nikmatnya jiwa dalam ketenangan,
saat riak terdengar semua berantakan,
aku terjatuh,
dan tenggelam."
Posted by Ksatria Petir at 2:13 PM 0 comments
Labels: diary
Wednesday, April 25, 2007
Mati Sebelum Mati
Deadaunan jatuh
di antara manusia
mengaku avatar
turun ke bumi dengan perintah
Pencipta yang juga Perusak
Deadaunan jatuh
dihadapanku
aku manusia biasa
turun ke bumi dengan perintah
Penyayang yang juga Pembenci
Aku kini mati di bunuh avatar
sebelum jasad hancur
aku masih hidup
aku hidup
tapi mati.
Posted by Ksatria Petir at 3:55 PM 0 comments
Tuesday, April 24, 2007
Tidak Apa-Apa, Aku Sudah Biasa Sendiri
Waktu itu jam makan siang, seperti biasa saya ambil jatah makan dari kantin lalu mencari tempat duduk. Kebetulan tinggal satu tempat duduk dalam sebuah meja yang sudah diisi empat orang rekan kerja. Makan seperti biasa lancar, kali ini dengan sedikit ngobrol. Setelah 1 atau dua suap, satu per satu rekan kerja pergi membawa baki makannya menjauh.
"Maaf, yah saya mau ngobrol dengan si itu.." suaranya pamitan.
kemudian diikuti dengan yang lain.
"Tidak apa-apa, saya sudah biasa sendiri." jawabku sambil mengunyah makanan.
kemudian suap demi suap mampir di mulutku hingga saatnya aku harus mengembalikan baki ke tempat cuci piring, dan kembali ke dalam ruanganku yang juga sendiri.
Posted by Ksatria Petir at 1:18 PM 0 comments
Labels: diary
Wednesday, April 18, 2007
Mencari
Aku berjalan pelan...
sangat pelan
menyusuri gelap
mencari setitik
jarum yang akan
menembus luka dan mengeluarkan......
nanah membusuk dalam tubuh....
aku mencari.....
Posted by Ksatria Petir at 9:00 AM 0 comments
Monday, April 09, 2007
Menjelang Berubah
Setelah dua puluh empat tahun menjadi manusia yang fana, aku kini akan berubah.
Aku akan berubah menjadi sosok yang berbeda, dengan tanggung jawab yang lain juga.
Aku menunggu kehadiran sosok yang lain, yang akan merubah hidupku
aku menunggu kehadiran hadiah Tuhan melalui rahim istriku.
Posted by Ksatria Petir at 4:23 PM 0 comments
Thursday, April 05, 2007
Aku Kembali
Dalam seribu langkah, aku telah menjadi jiwa yang tak tertata
aku menjadi sesosok aura yang terbang dalam gelap.....
heheh.. maksudnya apa ya?
anyway... i'm back i try to write any notes of my life
Posted by Ksatria Petir at 1:58 PM 0 comments